Saturday, July 18, 2015

Man's relationship with Allah



Muamallah antara manusia dengan Rabb-Nya
 
Sudahkan kita BERKOMUNIKASI DENGAN ALLAH ?!!
          Ada sebuah cerita yang berhubungan antara manusia dengan Rabb-Nya ...
Dialog ini terjadi antara Allah dengan ruh manusia secara langsung tanpa membutuhkan perantara telinga dan daya ingat dalam kepala. Kemudian ada yang bertanya, mengapa ruh-ruh kami tidak menceritakan itu ? Mengapa peristiwa itu tidak terekam dalam daya ingat kita ? bukankah daya ingat yang kita miliki adalah daya ingat ruh pembangkit kehidupan kita. Barangkali ruh itu telah lupa akan pertanyaan Allah itu karena rentang waktu yang terlalu lama sehingga meskipun kita berusaha mencari tahu hal itu, tetap saja tidak ada jawaban.
          Jawabannya, ruh amat jelas terekam pada perilaku kita sehari-hari.
-Tidakkah anda merasa ada kerinduan dalam diri anda terhadap sesuatu yang tidak tampak dimata anda ?
-Tidakkah kita merasa rindu terhadap sesuatu yang jauh dari kita ?
-Apakah kita tidak merasa adanya keinginan untuk tunduk kepada sesuatu ?
-Pernahkah kita merasa lemah, butuh pertolongan, lalu kita merasakan bahwa Allah maha kuat dan tempat bergantungnya seluruh alam ?
Itu semua tak lain karena bisikan ruh kepada kita. Ruh menceritakan kepada kita tentang keperanannya, pengembalian daya ingat kita dan menceritakan kepada kita tentang kesedihan masa lalunya dan janji-janjinya.
          Baiklah, mari sama-sama mengingatkan tentang yang sulit ditemukan oleh para peneliti sekalipun tentang sebuah rahasia dan sumbernya, yaitu gejolak jiwa yang terjadi dalam diri kita saat mendengarkan lagu-lagu yang dinyanyikan dengan suara yang merdu, membangkitkan perasaan rindu, rasa gembira, dan rasa sedih. Apakah kita tahu darimana perasaan ini datang ? kita juga tidak tahu kemana perasaaan itu pergi. Darimanakah sumber gejolak jiwa ini ?. sumber gejolak itu adalah masa lalu ketika Allah menyatakan. “Bukankah Aku ini Rabb kalian?” kemudian, ruh ini terus merindukan masa-masa itu. Hanya saja tidak ada bahasa atau kata-kata yang bisa mengungkapkan rasa ruh. Ketika ruh ini mendengarkan suara-suara merdu, yang terjadi adalah gejolak rindu sebagai bentuk ungkapan jiwa. Ketika bahasa dengan segala macam bentuk penjelasannya tidak bisa mengungkapkan perasaan jiwa, gejolak itulah ungkapannya. Dari Jabir r.a katanya dia mendengar Rasulullah saw bersabda “sesungguhnya tali penghubung antara seseorang dengan syirik dan kafir, ialah meninggalkan shalat”.
Lalu ditanyakan orang kepada Abu Hurairah, “Bagaimana kalau kamu sholat mengikut Imam?” jawabnya, “Bacalah perlahan-lahan! Karena aku mendengar Rasulullah saw bersabda, bahwa Allah Ta’ala berfirman: “Shalat itu Ku bagi dua antara-Ku dan hamba-Ku. Untuk hamba-Ku ialah apa yang dimintanya. Al-Fatihah terbagi dua. Ayat 1-4 untuk Allah, Ayat 5 untuk Allah dan hamba-Nya, ayat 6-7 untuk hamba-Nya.
          Sholat juga bisa diartikan sebagai zikir kepada Allah. Melalui Rasulullah saw, Allah berkata: “Aku adalah sahabat orang-orang yang mengingat-Ku”. Karenanya, bila Allah menjadi sahabat seseorang yang sedang shalat, itu berarti orang tersebut mampu melihat sahabatnya (Allah). Inilah sebabnya shalat itu disebut sarana berkomunikasi dengan Allah. Dan menurut Ibnu Arabi, barang siapa yang shalatnya sudah mencapai pada tingkatan melihat Allah, maka ia selalu menjadi imam dalam shalatnya, meskipun shalatnya sendiri. Sebab, para malaikat akan menjadi ma’mum dibelakang orang yang shalat pada tingkatan itu. Shalat demikian inilah yang dapat mendatangkan ni’mat tiada tara.
          Apabila dia mengucapkan “bismillaahirrahmaanirrahim’ (dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang), maka Allah Ta’ala menjawab, “Hamba-Ku telah mengingat Ku” apabila dia mengucapkan Bismillaahirrahmaanirrahiim’ (Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang), maka Allah Ta’ala menjawab. “Hamba-Ku telah mengingat-Ku” apabila dia mengucapkan ‘Arrahmaanirrahiim’ (Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang), maka Allah Ta’ala menjawab, ‘Atsna ‘alayya ‘abdi’ (Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku). Apabila dia mengucapkan ‘iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in” (Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan), maka Allah Ta’ala menjawab, “Hadza bayni wa bayna ‘Abdi, wa li ‘abdi ma saala’ (inilah bagian-Ku dan bagian hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang dimohon akan terkabulkan). Apabila dia mengucapkan “ihdinash shirathal mustaqim, shirathal ladzina an’amta ‘alaihim ghairil maghdhubi ‘alaihim waladhdhaallin” (Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni’mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula) jalan mereka yang sesat) maka Allah Ta’ala menjawab, ‘Hadza li ‘abdi’, wa li ‘abdi’ ma saala’ (Ini semua bagian Hamba-Ku, dan terkabullah. Jika tidak ingin terhubung dengan kesyirikan dan kekafiran, dan ingin menjadi sahabat Allah.
Gontor Putri 3

No comments:

Post a Comment